erek erek 2d 28

erek erek 2d 28,data macau cepat,erek erek 2d 28Jakarta, CNN Indonesia--

Pemimpin partai ekstrem kanan, Geert Wilders, gagal menjadi Perdana Menteri Belanda meski telah memenangkan pemilihan umum (pemilu) pada November 2023.

Dalam unggahannya di X, Wilders mengatakan dirinya tak bisa maju jadi PM karena calon koalisinya menolak mendukung dia.

Lihat Juga :
KILAS INTERNASIONALKomite HAM PBB soal Netralitas Jokowi sampai Biden Surati Prabowo

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selama ini,Wilders juga dikenal sebagai politikus anti-Islam. Bahkan, dia menegaskan bahwa 'Saya tidak membenci Muslim, saya benci Islam" pada 2008 dikutip dari The Guardian.

"Kecintaan terhadap negara dan pemilih saya sangat besar dan lebih penting daripada posisi saya sendiri," tulis dia, seperti dikutip CNN.

Pada pemilu 22 November lalu, partai Wilders yakni Partai Kebebasan (PVV) sukses meraup 23,5 persen suara dan 37 dari 50 kursi parlemen.

Lihat Juga :
Kenapa Perang Antarsuku Kerap Berkecamuk di Tetangga RI?
Lihat Juga :
KILAS INTERNASIONALKomite HAM PBB soal Netralitas Jokowi sampai Biden Surati Prabowo

Namun, setelah negosiasi berminggu-minggu, Wilders gagal mencapai kesepakatan dan membujuk partai lain untuk mendukungnya. Ia pun lantas memutuskan menyerah dari posisi pucuk pemerintahan tersebut.

Wilders padahal berharap bisa membentuk koalisi dengan Partai Kebebasan dan Demokrasi (VVD), partai PM Mark Rutte yang akan selesai masa jabatan. VVD berada di posisi ketiga dengan perolehan 24 kursi.

Selain itu, Wilders juga ingin berkoalisi dengan Partai Kontrak Sosial (NSC) yang berada di urutan keempat dengan 20 kursi.

Jika partai-partai itu bergabung, mereka akan mendapatkan 81 kursi dari hasil koalisi. Jumlah ini cukup untuk menjadi mayoritas di parlemen Belanda.

Harapan itu namun pupus ketika pemimpin NSC Pieter Omtzigt memutuskan mundur dari pembicaraan koalisi. NSC mundur karena merasa tak sejalan mengenai prospek keuangan negara dengan partai-partai tersebut.

Meski demikian, banyak pihak percaya bahwa Wilders gagal mendapat dukungan lantaran sikap 'ekstremis' dia yang begitu kental, seperti anti-Islam, anti-imigrasi, anti-Uni Eropa dan Ukraina. Dia dianggap sudah melewati batas.

Pilihan Redaksi
  • Geert Wilders, Politikus Anti-Islam Menang Pemilu di Belanda
  • PM Belanda Mark Rutte Twitwar dengan Penerus, Bela Wali Kota Amsterdam
  • Apa itu Kippah Yahudi yang Bikin Saudi dan AS Tegang?

Kondisi ini pun bisa dikatakan mewakili "cordon sanitaire", sebuah prinsip kuno di mana partai arus utama menolak untuk bekerja sama dengan partai populis tertentu.

Cordon sanitaire sebelumnya telah membantu menjauhkan ekstremis dari pemerintahan. Misalnya, ketika pemimpin Front Nasional Jean-Marie Le Pen secara tak terduga mengalahkan kandidat sosialis Lionel Jospin dalam pemilihan presiden Prancis 2002.

Kaum sosialis akhirnya mengalihkan dukungan ke kandidat kanan-tengah Jacques Chirac sehingga ia menang telak di putaran kedua.

Tetapi, prinsip tersebut telah melemah dalam beberapa tahun terakhir karena banyak partai kanan-tengah terbukti bersedia membangun koalisi dengan kelompok ekstremis.

Meski gagal kali ini, Wilders berjanji bakal melanjutkan tekadnya menjadi perdana menteri di masa depan.

"Jangan lupa: Saya masih akan menjadi Perdana Menteri Belanda. Dengan dukungan dari lebih banyak orang Belanda. Jika bukan besok maka lusa. Karena suara dari jutaan warga Belanda akan terdengar," kata dia.

(blq/rds)