52 di erek erek

52 di erek erek,bandar 36,52 di erek erekYogyakarta, CNN Indonesia--

Suasana aksi Jogja Memanggilyang digelar di depan Istana Kepresidenan Yogyakarta atau Gedung Agung, Selasa (27/8) berubah riuh saat seorang peserta yang mengaku dari kalangan wibu berorasi.

Wibu atau Japanofilia adalah sebutan bagi seseorang yang menyukai budaya populer dari Jepang.

Di tengah demonstrasi Jogja Memanggil di depan istana tersebut, Koordinator Aksi mengundang sosok wibu ini naik ke atas mobil komando untuk turut berorasi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kalimat yang disorakkan massa aksi itu adalah salah satu frasa kata dari Jepang yang populer lewat budaya pop Manga. Kalimat itu bisa dimaknai sebagai ungkapan ketertarikan atau terkejut.

Lihat Juga :
Aksi Jogja Memanggil, Massa Bawa Boneka Jokowi

Dalam orasinya, wibu tersebut menyampaikan dirinya sebagai pecinta budaya Jepang. Namun, sudah kelewat khawatir dengan situasi di negaranya sendiri, Indonesia.

Sambil terbata-bata, dia bilang sosok wibu --sering dikenal dengan pribadinya yang antisosial atau ansos-- kini sampai ikut turun ke jalan bersama para aktivis dan mahasiswa demonstran. Ia merasakan keprihatinan atas kondisi darurat demokrasi Indonesia akhir-akhir ini.

"Saya wibu, saya ansos, tapi saya orang Indonesia!" teriaknya di depan massa aksi Jogja Memanggil tersebut.

"Indonesia utsukushii nee(Indonesia Indah)," katanya lagi dengan bahasa Jepang.

Sementara itu, massa di sekeliling wibu terus memekikkan elemen-elemen khas beberapa anime atau kartun Jepang.

"Rasengan Jokowi, rasengan Jokowi!" sorak massa.

Rasenganadalah jurus andalan milik karakter anime Naruto Uzumaki untuk mengalahkan musuh.

Mereka juga meneriakkan jargon 'sasageyo' yang arti bebasnya adalah 'pengorbanan atau perjuangan sepenuh hati' sebuah ungkapan yang populer dari  anime Attack on Titanatau Shingeki no Kyojin

Lihat Juga :
Demo Jogja Memanggil: Massa Teriak Turun Jokowi dan Gembok Kantor DPRD

Aksi berikutnya, massa ramai-ramai merukiyah Gedung Agung. Mereka bilang, penguasa telah dirasuki roh jahat sehingga melenceng dalam menjalankan pemerintahan. Mereka bersama-sama melantunkan sholawat asyghil.

"Setan-setan yang merasuki mereka sudah tidak bisa diusir dengan kata-kata, maka kita usir dengan doa," kata orator lainnya.

Aksi Jogja Memanggil digelar sebagai bentuk keprihatinan atas kondisi darurat demokrasi Indonesia akhir-akhir ini.

Aksi turun ke jalan ini dilakukan Aliansi Jogja Memanggil yang dimotori dari kelompok aktivis Forum Cik Di Tiro, Jaringan Gugat Demokrasi (Jagad), dan aliansi BEM se-DIY.

Massa yang mayoritas merupakan mahasiswa melakukan sebelumnya telah melakukan aksi longmars setelah berkumpul di tempat parkir Abu Bakar Ali (ABA) sebagai titik kumpul utama sekitar pukul 11.30 WIB. Mereka juga sempat memasang rantai dan gembok di kantor DPRD DIY.

Sesampainya di depan Gedung Agung, mereka juga menggelar aksi teaktrikal mengadili Jokowi dan Presiden terpilih 2024, Prabowo Subianto yang melambangkan tirani.

Melalui keterangan resminya, aksi ini menuntut lima hal. Pertama, menolak otoritarianisme populis yang dipraktikkan oleh Jokowi beserta kroni-kroninya. Kedua, menuntut agar segera dilakukan perombakan pada UU Pilkada dan UU Partai Politik.

Ketiga, melawan segala upaya perusakan atau pelemahan konstitusi. Keempat, menolak oligarki dan politik dinasti. Terakhir, menyerukan kepada warga Jogja untuk membangun oposisi rakyat.

Lihat Juga :
Aliansi BEM Bali Demo di KPU, Singgung Investor Perusak Budaya & Alam
(kum/kid)