tafsir mimpi orang gila togel

tafsir mimpi orang gila togel,shio ikan mas togel,tafsir mimpi orang gila togelJakarta, CNN Indonesia--

Sejumlah pakar kawasan Timur Tengah memprediksi skala serangan Iran ke Israel untuk membalas kematian pemimpin Hamas Ismail Haniyeh.

Pembunuhan kepala biro politik Hamas Ismail Haniyeh di Teheran dan komandan tertinggi Hizbullah Fuad Shukr di Beirut telah membuat mata dunia tertuju pada Iran dan proksi.

Lihat Juga :
Bangladesh Tunjuk Peraih Nobel Jadi PM Interim Gantikan Sheikh Hasina

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Agresi Israel di Jalur Gaza Palestina juga jadi salah satu pertimbangan Iran dan sekutu untuk menyerang habis-habisan Negeri Zionis. Sejak Oktober 2023, nyaris 40.000 warga Palestina tewas terbunuh di Gaza. Mayoritas korban anak-anak dan perempuan.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sendiri sudah menyatakan "siap untuk skenario apapun" usai dituding dalang pembunuhan Haniyeh. Netanyahu menegaskan bakal menuntut harga yang sangat mahal atas "agresi" di area Israel mana pun.

[Gambas:Video CNN]

Iran kemungkinan bakal melakukan serangan balasan terbatas atau terukur atas pembunuhan Haniyeh di teritorinya.

Pembunuhan Haniyeh di ibu kota Teheran jelas merupakan penghinaan besar bagi pemerintah Iran yang kecolongan. Namun, kondisi itu dinilai tidak mengubah upaya Iran untuk menghindari perang kawasan yang lebih luas dengan Israel dan sekutu utamanya, Amerika Serikat.

"Saya tidak percaya eskalasi ada di pikiran para pengambil keputusan Iran," kata manajer program Timur Tengah dan Afrika Utara di Institut Pelaporan Perang dan Perdamaian, Reza Akbari, kepada Al Jazeera.

Lihat Juga :
Cawapres Kamala Harris, Tim Walz Disebut Dukung Agresi Israel di Gaza

"Karena itu, tentu saja, pembuat kebijakan Iran tidak bersatu," lanjut dia.

Politik Iran sejak lama terpecah antara garis keras dan reformis. Presiden baru Iran Masoud Pezeshkian merupakan seorang sentris atau reformis.

Sementara presiden sebelumnya, Ebrahim Raisi, merupakan garis keras. Insiden serangan Iran ke Israel pada April lalu terjadi ketika Iran masih di bawah pemerintahan Raisi.

Namun kini, di bawah pemerintahan Pezeshkian sang reformis, Iran kemungkinan lebih mempertimbangkan matang-matang konsekuensi yang akan terjadi ke depan apabila bertindak gegabah.

Lihat Juga :
Eks PM Bangladesh Khaleda Bebas dari Tahanan Rumah usai Hasina Kabur

"Permainan yang Iran coba cari tahu adalah bagaimana cara membalas dan mengirim sinyal bahwa tindakan agresif seperti pembunuhan di wilayah Iran tidak boleh terjadi. Tentu tanpa memicu eskalasi," kata Akbari.

Meski pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei telah bertekad untuk balas dendam dengan keras, namun upaya-upaya diplomatik Teheran belakangan ini telah meyakinkan pengamat bahwa keinginan Iran untuk perang besar hanyalah sedikit.

Baru-baru ini Teheran menerima kunjungan Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi.

"Semakin banyak bukti koordinasi yang kami miliki dan semakin banyak waktu yang dibutuhkan Iran, semakin besar kemungkinan tanggapan Iran akan terkendali," kata analis politik yang berbasis di Tel Aviv, Ori Goldberg.

Bersambung ke halaman berikutnya...

Pandangan para pengamat saat ini bukan lagi terpaku pada Iran, melainkan Israel, khususnya Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

Goldberg menilai Netanyahu-lah yang ingin perang besar terjadi dengan membunuh pemimpin Hamas.

Padahal, AS selaku sekutu utamanya sudah mendesak agar tidak mengambil tindakan serampangan yang bisa meningkatkan ketegangan dengan Iran dan proksinya.

Di Israel, situasi Netanyahu sudah terdesak di sana-sini. Jajak pendapat pada Mei lalu menunjukkan hanya 32 persen warga Israel yang setuju dengan kebijakan yang Netanyahu ambil.

Lihat Juga :
Sempat Jadi Nomor 2, Yahya Sinwar Kini Jadi Incaran Utama Israel

Di negerinya sendiri, posisi Netanyahu sangat rentan. Dia telah didakwa atas kasus penipuan, penyuapan, dan pelanggaran kepercayaan berdasarkan tiga kasus yang dilayangkan pada 2019. Persidangan ini terganggu akibat agresi Zionis ke Jalur Gaza.

Menurut analis, perang di Gaza adalah jalan bagi Netanyahu untuk mengamankan posisinya yang sudah goyah. Jika perang berakhir, karier Netanyahu terancam karena pasti akan ada pemilihan umum yang dilakukan lebih awal.

"Konsensus umum di Israel adalah bahwa Netanyahu menginginkan perang dengan Iran dan dia telah mengupayakan hal itu," kata Goldberg.

"Apakah ada keinginan untuk ini [dari publik Israel]? Tidak. Orang-orang Israel sangat lelah, tetapi tidak ada visi atau rencana alternatif lain yang diusulkan oleh oposisi," ucapnya.

Kerja sama proksi

Untuk menghadapi Israel sendiri, banyak yang bertanya-tanya apakah Iran akan mengoordinasikan "poros perlawanan"-nya atau masing-masing akan bertindak sendiri.

Imad Salamey, seorang ilmuwan politik di Universitas Amerika Lebanon, mengatakan Hizbullah dan Iran kemungkinan akan berhubungan dekat mengenai tanggapan mereka, meskipun serangan balasan apapun nantinya akan cukup terbatas karena mencoba untuk menghindari eskalasi.

"Strategi menyeluruh kemungkinan akan fokus pada konflik yang berkepanjangan dan terkendali yang melayani berbagai kepentingan strategis bagi Iran tanpa meningkat menjadi perang regional skala penuh," katanya.

Lihat Juga :
Sosok Yahya Sinwar, Bos Baru Hamas 'Pentolan' Paling Diburu Israel

Untuk saat ini, kata para analis, jika Iran mencapai keseimbangan yang tepat dalam merespons Israel, perang habis-habisan di kawasan akan dapat dihindari. Sebaliknya, ketegangan kecil akan terus berlanjut dengan Israel jika Iran melibatkan sekutu regionalnya, yakni "poros perlawanan".

"Koordinasi ini bertujuan untuk menunjukkan front yang luas melawan Israel," katanya.

"Namun, perhitungan strategis Iran menunjukkan bahwa tanggapan mereka harus dipastikan tidak memicu perang habis-habisan di kawasan. Iran lebih suka menghindari mengubah konflik Gaza-Israel menjadi perang langsung Iran-Israel," pungkasnya.

Previous article:kode alam 48

Next article:toko pakaian olahraga terdekat