golbos88

  • 2024-10-08 05:57:51 Source:golbos88

    Browse(1)

golbos88,sky 338,golbos88Jakarta, CNN Indonesia--

Dalam kurun dua bulan, Israelmembunuh pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah di Lebanon dan bos Hamas Ismail Haniyeh di Iran.

Nasrallah tewas dalam serangan udara di Beirut pada pekan lalu. Haniyeh sementara itu terbunuh dalam operasi yang diduga dirancang Israel di Teheran pada Juli.

Lihat Juga :
Bagaimana Israel Bisa Lacak dan Bunuh Bos Hizbullah Hassan Nasrallah?

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kematian dua pemimpin milisi yang gencar menyerang Israel membuat pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu semakin berada di atas angin di tengah kecaman dunia atas agresi brutalnya ke Palestina dan kini mulai meluas ke Lebanon hingga Yaman.

Lalu, apakah kematian pentolan milisi ini betul-betul membawa kemenangan bagi Israel di Timur Tengah?

Pengamat hubungan internasional (HI) dari Universitas Indonesia Sya'roni Rofii mengatakan kematian dua pemimpin kelompok perlawanan menjadi prestasi bagi Israel.

"Tentu saja bagi Israel ini menjadi pencapaian tersendiri karena mampu mengeliminasi pemimpin berpengaruh Hizbullah dan Hamas," kata Sya'roni kepada CNNIndonesia.com, Senin (30/9).

Pengamat HI dari kampus yang sama Yon Machmudi punya pandangan serupa.

Dia menilai kematian dua pentolan milisi yang kontra dengan Israel adalah "kemenangan" bagi mereka.

"Tampaknya Israel merasa yakin ya akan memenangkan peperangan dengan melakukan pembunuhan terhadap para pemimpin kelompok milisi perlawanan yang berafiliasi ke Iran," ujar Yon.

Lihat Juga :
Kondisi Jasad Bos Hizbullah Hassan Nasrallah saat Ditemukan

Namun, Yon juga melihat maksud lain Israel memperluas peperangan ke Lebanon saat agresi di Gaza masih berkobar.

"Sebenarnya yang terjadi adalah Israel terus berusaha mengalihkan peperangan di Gaza ke wilayah di luar Palestina," ujar dia.

Israel, lanjut Yon, berharap mendapat dukungan dari negara-negara di Eropa dan juga Amerika terkait ancaman regional dari Iran serta milisinya.

Usai Haniyeh tewas, Iran berjanji akan membalas serangan ke Israel. Namun, hingga kini sumpah itu belum terlaksana.

Ancaman Iran bukan cuma bualan. Mereka sempat menyerang Israel secara langsung dengan ratusan rudal pada April lalu. Balasan ini sebagai respons usai pasukan Zionis membombardir fasilitas diplomatik mereka di Suriah.

Milisi di Lebanon dan Houthi di Yaman juga terus menyerang wilayah Israel.

Israel tentu pontang-panting dan memperluas peperangan ke Lebanon menjadi salah satu upaya mengantongi simpati serta dukungan Barat.

Negara Barat termasuk sekutu dekat mereka, Amerika Serikat yang terus membela Israel, juga sering mewanti-wanti Tel Aviv dan kerap murka karena Netanyahu melewati batas.

Israel terus menggempur habis-habisan warga dan objek sipil di Gaza. Hingga kini lebih dari 42 ribu jiwa di Palestina meninggal gegara agresi pasukan Zionis.

Lihat Juga :
Usai Hamas Gaza, Hizbullah Lebanon, Kini Israel Serbu Houthi di Yaman

Di luar itu, Israel menargetkan para pemimpin milisi yang mengganggu dan berada di sekitar negara Zionis seperti Irak, Suriah, dan Yaman.

"Termasuk juga pemimpin Houthi yang ada di Yaman. Saya kira ini menjadi target mereka," ungkap Yon

Target Israel semacam itu, lanjut Yon, kemungkinan memperluas konflik dan kian mengkhawatirkan bagi dunia.

Siap-siap balas dendam

Keberhasilan Israel menewaskan Nasrallah dan Haniyeh menjadi api baru di dada anggota kelompok perlawanan ini.

Sya'roni memandang serangan Israel bisa "memicu balas dendam baru" dari para milisi.

Hizbullah juga tak akan takut atau takluk ke Israel setelah Nasrallah tewas, demikian menurut Yon.

"Justru semangat perlawananan semakin kuat. Saya kira justru sebaliknya akan melakukan aksi pembalasan yang lebih besar lagi," ungkap dia.

Senada dengan pengamatan Yon, Hizbullah juga bersumpah akan membalas serangan Israel.

Namun, mereka tak membeberkan skala dan jenis operasi yang akan digunakan melawan pasukan Zionis.

Lihat Juga :
Kronologi Israel Pakai 80 Ton Bom Bunuh Bos Hizbullah Hassan Nasrallah

Yon lalu menduga milisi-milisi yang ada di sekitar Israel akan makin intensif menggempur Israel.

"Dan termasuk juga Iran sendiri akan semakin melancarkan serangan ke Israel karena mereka menganggap posisi Israel lemah dan bisa mengalahkan Israel," imbuh dia.

Jika Iran betul-betul turun tangan akan ada potensi Amerika Serikat ikut campur. Dan ini yang diinginkan Israel.

Saling serang Israel dengan para milisi ini akan terus berlanjut dan mengganggu stabilitas serta perdamaian di Timur Tengah.

Lihat Juga :
Momen Korut Arak Timnas Perempuan U-20 usai Sabet Gelar Piala Dunia

Pengamat HI asal UI itu menekankan komunitas internasional harus segera bertindak untuk mendamaikan situasi di Timur Tengah.

"Keduanya tidak bisa saling berdamai apabila tidak ada campur tangan dari dunia internasional," kata Yon.

(isa/bac)

Previous article:ok 168

Next article:statistik charlotte fc vs inter miami