no togel jambu

no togel jambu,idnhero,no togel jambu

Jakarta, CNBC Indonesia -Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) Julfi Hadi membeberkan bahwa Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) merupakan satu-satunya sumber energi terbarukan yang bisa diandalkan sebagai pembangkit penopang beban puncak (baseload).

Meski demikian, ia mengakui untuk mempercepat pengembangan sumber energi terbarukan ini diperlukan upaya untuk mengatasi tantangan yang ada. Setidaknya terdapat dua masalah mendasar yang dihadapi dalam pengembangan panas bumi.

Pertama, subsurface riskyakni risiko eksplorasi di bawah tanah yang menjadi faktor ketidakpastian utama dalam pengembangan panas bumi. Kedua, yakni komersialisasi dari proyek itu sendiri.

"Jadi isunya sekarang adalah bagaimana meng-accelerate, tentu sebelum accelerate meng-unlock, meng-unlock challengeyang sudah ada. Jadi ada dua fundamental issues, nomor satu adalah geothermal itu adalah di tanah, jadi ada subsurface risk. Kedua adalah commerciality dari proyek itu sendiri," kata dia dalam wawancara bersama CNBC Indonesia di 10th Indonesia International Geothermal Convention & Exhibition (IIGCE) 2024, di JCC, Kamis (19/9/2024).

Menurut Julfi, Pertamina saat ini berupaya mengatasi tantangan tersebut, bukan hanya menjalankan proyek, tetapi mempercepatnya. Terlebih saat ini tengah terjalin kolaborasi antara pengembang panas bumi dan pemerintah.

"Kebetulan saya Ketua Asosiasi Panas Bumi, karena menurut saya kuncinya di sini adalah kolaborasi. Kolaborasi sama pemerintah menentukan kebijakan yang tidak memberatkan pemerintah cuman high impact terhadap effort-nya IPP. Kira-kira begitu," katanya.

Dia menyebut, dalam 2-3 tahun ke depan perusahaan tetap akan berkomitmen untuk menambah 1.000 Mega Watt (MW) atau 1 Giga Watt (GW) PLTP.

Pada Desember 2024 ini pihaknya menargetkan PLTP Lumut Balai Unit 2, di Sumatera Selatan, berkapasitas 55 MW bisa mulai beroperasi.

Kemudian, adanya relaksasi aturan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) untuk industri panas bumi yang tertuang dalam Peraturan Menteri ESDM No.11 tahun 2024 tentang Penggunaan Produk Dalam Negeri untuk Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan, menurutnya juga akan mempercepat salah satu proyek PLTP PGE, yakni PLTP Hululais di Kabupaten Lebong, Bengkulu, berkapasitas 2 x 55 MW.

Tak hanya itu, pihaknya bersama PLN melalui PLN Indonesia Power juga akan melakukan co-generation untuk mengoptimalisasi produksi panas bumi dari beberapa PLTP yang sudah beroperasi.

Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), potensi proyek Co-Generation adalah pada Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Lahendong, Ulubelu, Lumut Balai, Hululais, Kamojang, Sibayak, dan Sungai Penuh. Proyek-proyek ini diharapkan dapat beroperasi pada periode tahun 2027-2029.

Saat ini proyek PLTP co-generation ini telah mencapai tahap penandatanganan Joint Development Agreement (JDA) pada 30 Mei 2024 lalu. Fokus utama JDA adalah proyek PLTP Ulubelu Bottoming Unit yang direncanakan pengembangan dengan kapasitas 30 MW dan PLTP Lahendong Bottoming Unit dengan rencana pengembangan 15 MW. Kedua proyek ini ditargetkan dapat COD pada tahun 2027.

Untuk PLTP yang diusahakan oleh PT PGE, yakni PLTP Kamojang, Ulubelu, Karaha, Lahendong, dan Lumut Balai, terdapat potensi optimalisasi mencapai 1.081 GWh. Nilai ini diperoleh dari sisa total kapasitas pembangkitan netto sebesar 5.528 GWh dikurangi dengan kapasitas penyaluran ke PT PLN sebesar 4.447 GWh.

Baca:
Ini Dia Sumber Energi Bersih Andalan RI, Bisa Gantikan PLTU Batu Bara

(wia) Saksikan video di bawah ini:

Video: Perkuat Ekosistem, PGE Siap Jadi Akselerator Bisnis Panas Bumi

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">Next Article Terungkap! 40% Kapasitas Panas Bumi Dunia Ternyata ada di RI