erek2 30

  • 2024-10-07 23:39:31 Source:erek2 30

    Browse(4)

erek2 30,totolotere,erek2 30

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas orang membayangkan hidup di istana bakal diselimuti keistimewaan. Segala permintaan bakal dituruti. Tak heran, orang ingin berlomba-lomba berada di istana.

Namun kisah berbeda datang dari pangeran Sunda Kerajaan Pakuan, Bujangga Manik. Sudah hidup enak di istana, dia justru tak betah diselimuti kemewahan. Alhasil, dia memilih pergi menjelajahi jawa dan hidup sederhana jadi rakyat biasa.

Bagaimana kisahnya?

Tolak Hidup Mewah ala Istana

Bujangga Manik adalah Pangeran Kerajaan Sunda Pakuan yang hidup sekitar tahun 1490-an. Sejarawan Herald van der Linde dalam Majapahit: Intigue, Betrayal and War in Indonesia's Greatest Empire(2024) menceritakan, Bujangga Manik tumbuh besar di Istana Raja yang berada di Gunung Salak dengan penuh kemewahan. 

Namun, seluruh kemewahan yang ada tak membuat Bujangga Manik terlena. Dia justru tak betah melihat apa yang terjadi di istana.

Baginya, dikutip dari paparan J. Noorduyn dalam Perjalanan Bujangga Manik Menyusuri Tanah Jawa (2019), kehidupan istana yang diselimuti kemakmuran dan keistimewaan hanya dinikmati oleh segelintir orang di lingkaran kekuasaan. 

Sementara di luar sana, banyak masyarakat yang hidup susah. Bahkan, ada pula yang jadi budak. Berbagai persoalan inilah yang membuat Bujangga Manik tak betah. Dia pun memutuskan hengkang dari istana.  

Mendengar anaknya kabur, Raja dan Ratu awalnya menghormati keputusannya dan menganggap itu hal biasa. Sebab, banyak anak muda lain di waktu yang sama pergi dari istana dan kembali lagi ketika sudah bosan. Namun, Raja dan Ratu perlahan ketar-ketir sebab anaknya tak melakukan itu.

"Ternyata, Bujangga Manik tak pergi bertapa ke kuil dan kembali ketika bosan. Namun, malah pergi ke Timur Jawa yang mana itu sangat berbahaya," tulis Herald van der Linde. 

Naskah kuno Sunda kemudian mencatat Bujangga Manik pergi ke Timur hingga sampai ke Pemalang, Jawa Tengah. Jarak sejauh itu ditempuh dengan berjalan kaki. J. Noorduyn mencatat dia pergi ke banyak candi di Jawa guna menjalani kegiatan spiritual.

Bahkan, di kawasan Penataran, dekat Blitar, dia belajar bahasa Jawa dan ikut serta menerjemahkan naskah-naskah kuno selama setahun lebih. Hanya saja, petualangan kali ini tak berlanjut. Di tengah jalan, Bujangga Manik kembali ke Pakuan karena rindu kasih sayang ibu. 

Kabur Lagi Usai Diminta Nikah

Ketika sampai di istana, sang ibu sangat terkejut melihat anaknya yang berbeda penampilan: rambut lebat, tak terawat, dan pakai pakaian compang-camping. Ini berbeda jauh dengan wujud para pangeran yang tampan. Bujangga Manik lebih mirip orang miskin, yang memang dia jalani selama kepergiannya.

Sayang, setelah beberapa waktu, Bujangga Manik lagi-lagi mendapati hal tidak enak yang membuatnya tak betah. Kali ini disebabkan oleh kisah cinta dan perlakuan ibunya sendiri.

Alkisah, ada seorang perempuan yang datang ingin menikahi Bujangga Manik. Perempuan itu berupaya menggoda sang pangeran. Langkah ini didukung sang ibu yang meminta anaknya menerima lamaran itu.

Sayang, seluruh perlakuan ini tak membuat Bujangga Manik luluh. Malah, dia bersikap reaksioner. Dia menganggap tindakan perempuan dan ibunya sangat berlebihan.

Dari sini, Bujangga Manik memutuskan untuk benar-benar pergi meninggalkan istana untuk selama-lamanya. Banyak orang menganggapnya aneh dan gila. Namun, Bujangga Manik tak peduli dan tetap ingin hengkang meninggalkan ayah, ibu, dan istana. 

"Ibu, selamat tinggal untuk yang terakhir kali. Hanya sehari ini aku bertatap muka denganmu dan tak akan pernah berbincang lagi, kecuali hanya dalam mimpi," kata Bujangga Manik dalam naskah Sunda yang ditulisnya sendiri. 

Bujangga Manik kemudian pergi jalan kaki sejauh ribuan kilometer demi menjalani kehidupan yang sederhana sebagai petapa. Dari Pakuan, dia ke Jawa Tengah hingga Bali. Lalu dari Bali, dia balik lagi menyusuri ke arah Jawa Barat sampai akhirnya wafat di kaki Gunung Patuha. 


(mfa/sef) Saksikan video di bawah ini:

Video: Lirik Prospek Bisnis Produk Perawatan Rambut Lokal Go Global

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">